Apa itu Altruisme Efektif? Filosofi yang Menginspirasi Eks Bos FTX Sam Bankman-Fried

NINNA.ID – Filosofi “Altruisme Efekftif” mulai menjadi istilah yang kerap diperbincangkan di ranah kripto. Muasalnya adalah sosok mantan CEO bursa kripto yang telah bangkrut FTX, Sam Bankman-Fried.

Miliarder kribo yang kini jadi pesakitan itu, sering melontarkan kepada media bahwa dirinya terinspirasi dan menganut “Altruisme Efektif” sebagai dasar spiritnya menguasai dunia keuangan. Khususnya, fintech seperti kripto.

Apa itu Altruisme Efektif?

Jika melansir Wikipedia, pengertian Altruisme efektif adalah suatu pandangan sekaligus gerakan yang menitikberatkan penggunaan penalaran dan bukti (data) ketika menentukan cara paling efektif dalam membantu orang lain.

Altruisme sendiri berarti memiliki perhatian lebih pada kebahagiaan makhluk lain (baik manusia ataupun hewan) dibandingkan terhadap diri sendiri.

Sedangkan efektif dalam altruisme efektif merujuk pada melakukan apa yang paling baik dengan sumber daya yang tersedia.

Tujuan gerakan ini adalah kesejahteraan, adil, dan kemaksimalan. Altruisme efektif dipopulerkan oleh filsuf Australia, Peter Singer, melalui bukunya: The Most Good You Can Do.

Pandangan ini menggunakan berbagai macam pandangan filsafat moral (etika). Namun yang paling menonjol adalah aspek utilitarianisme, yang juga merupakan salah satu jenis konsekuensialisme. Orang yang memegang pandangan ini disebut atruis efektif.

Nama altruisme efektif muncul pada akhir 2000-an sebagai suatu komunitas yang mengiringi organisasi Giving What We Can, yang didirikan pada tahun 2009 oleh Toby Ord dan seorang filsuf lainnya, William MacAskill.

BERSPONSOR

William MacAskill pada tahun 2011, adakah salah satu orang yang mendirikan 80,000 Hours, organisasi yang berbasis di London. Kedua organisasi ini, pada akhir 2011, mengadakan pemungutan suara dalam rangka penggabungan korporasi dan nama yang menang “Centre for Effective Altruism”

Meski Baik, Tetapi Altruisme Bisa Juga Bisa Membahayakan Diri Sendiri

Melansir Very Well Mind, altruistik dalam diri seseorang memengaruhi mereka untuk melakukan sesuatu hanya karena memiliki keinginan membantu, bukan karena merasa berkewajiban, kesetiaan, atau alasan agama.

Hal ini melibatkan tindakan karena kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain.

Meski baik karena sifat ini membuat seseorang lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan membuat mereka dikenal sebagai orang yang murah hati.

- Advertisement -

Namun dalam beberapa kasus, tindakan tersebut justru membuat orang membahayakan dirinya sendiri saat membantu orang lain karena perilaku seperti itu sering dilakukan tanpa pamrih atau tanpa mengharapkan imbalan.

TERKAIT  Mudik Gratis Nataru 2024: Pemprov Sumut Sediakan 1.200 Kursi

Sam Bankman-Fried dan Filosofi “Altruisme Efektif”

Seperti disampaikannya kepada khalayak media, Sam Bankman-Fried pernah berencana untuk mendonasikan 99% dari harta kekayaannya.

Filosofi ‘altruisme yang efektif’ yang dianutnya, menjadi alasan SBF untuk aksi amal itu, sembari menghindari kemewahan.

Dia mengaku, mempelajari hal tersebut di perguruan tinggi. Lulusan MIT tersebut belajar tentang altruisme yang efektif pada tahun 2012, tahun pertamanya di perguruan tinggi.

Filosofi ini menggunakan perhitungan matematis untuk menentukan bagaimana orang dapat melakukan yang terbaik dengan uang dan waktu mereka.

Secara khusus, Bankman-Fried mengambil gagasan tentang “menghasilkan untuk memberi.” Sejalan dengan pendekatan itu, dia bekerja di Wall Street selama tiga tahun setelah kuliah dan memberikan 50% dari gajinya setiap tahun untuk disumbangkan untuk kesejahteraan hewan.

Setelah keruntuhan bursa kripto FTX dan ‘saudarinya’ Alameda Research, media mulai mengulik kembali semua donasi Bankman-Fried yang sering dibingkai sebagai perpanjangan dari keyakinannya pada “altruisme efektif”.

Dikutip dari BBC, seperti yang diingat oleh SBF, dia memutuskan masuk ke dunia perbankan, untuk menghasilkan uang sebanyak yang dia bisa dan menyalurkannya ke tujuan yang baik.

Dia belajar perdagangan saham selama tugas singkat di perusahaan jual-beli saham bernama Jane Street di New York. Namun, dia bosan dan memutuskan untuk bereksperimen dengan Bitcoin.

Dia memperhatikan variasi nilai Bitcoin di berbagai bursa mata uang kripto dan mulai melakukan arbitrase (membeli Bitcoin dari tempat yang menjualnya dengan harga murah dan menjualnya ke tempat lain yang memberikan harga lebih tinggi).

Setelah sebulan menghasilkan keuntungan yang tidak terlalu tinggi, dia berkumpul dengan beberapa teman kuliahnya dan memulai bisnis jual-beli saham bernama Alameda Research.

Bankman-Fried mengatakan itu tidak mudah dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyempurnakan teknik memindahkan uang masuk dan keluar dari bank dan lintas perbatasan negara.

Namun, setelah sekitar tiga bulan, dia dan tim kecilnya mendapatkan durian runtuh.Pada Januari 2018, timnya menghasilkan US$1 juta (sekitar Rp15,5 miliar) setiap hari.

Berikutnya adalah kisah sukses yang terus-menerus dibingkai oleh berbagai media. Kisah itu bertahan hingga mencapai puncaknya pada bulan ini.

Tapi kali ini, adalah Bankman-Fried yang pertama-tama jatuh dari reruntuhan itu, bersama dengan reputasinya.

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU