SAMOSIR – Sudah lama pertunjukan ini terlihat saat kapal ferry penyeberangan dari Ajibata di Kabupaten Toba menuju Tomok Samosir dan sebaliknya. Bisa dikatakan, aksi para bocah ini termasuk pembuka perjalanan wisata di Danau Toba menuju Pulau Samosir. Suara para bocah penyelam koin ini, riuh beradu dengan gemuruh mesin diesel ferry yang hendak berlayar ke seberang.
“Lempar koin bang. Lempar koin kak”. Tengadah ke arah penumpang ferry, para bocah itu lincah menggerakkan tangan dan kakinya agar mengapung di danau. Begitu uang koin dilempar menjauh dari mereka, tanpa dikomando, mereka berenang mengejar ke arah jatuhnya koin.
Bersamaan gerak koin itu perlahan tenggelam, sejumlah anak juga terlihat menyelam berebut menggapai uang koin. Begitu didapat, uang koin langsung digigit dan bergerak menyeruak ke permukaan danau. Penumpang ferry, khususnya yang melempar koin, tampak senang. Tertawa sumringah bersama penumpang lainnya. Dan, beberapa koin kembali dilempar, tenggelam dan dikejar.
Aksi para anak penyelam koin itu, kini sudah jarang dterlihat. Pemerintah dan pengelola ferry telah melarang anak usia sekolah itu melakukan aksinya saat kapal hendak berlayar atau berlabuh. Keselamatan anak menjadi pertimbangan larang itu, walau bagi si anak, sebagai penyelam koin salah satu cara mendapatkan uang jajan.
Joko Harianja, yang masih duduk di kelas VII asal Tomok, kepada ninna.id mengatakan, dari menyekam koin itu, bisa mengumpulkan uang jajan Rp20.000 sampai Rp30.000 per hari, di sekitar pelabuhan kapal kayu. Untuk pelabuahan ferry, sudah ada larang yang ketat.
Aksinya sebagai penyelam koin, sudah dilakoni Joko sejak dia masih duduk di bangku sekolah dasar. Pendapatannya malah bisa melonjak sampai Rp100.000 di hari libur. Walau tidak semua anak bernasib mujur, namun biasanya mereka dengan iklas saling berbagi rezeki kepada yang tidak mendapatkan hasil.
Adanya larangan dari pemerintah dan pengelola kapal akhir-akhir ini, mendapat dukungan dari masyarakat sekitar. Jumlah penyelam koin semakin berkurang. Para orang tua sudah terlibat aktif melarang anaknya ikut menjadi penyelam koin.
Selain alasan keselamatan, orang tua sekitar lebih memerlukan waktu anak-anak itu untuk membantu mereka bekerja atau ke ladang usai jam sekolah. Mereka juga melihat aksi mencari uang ala penyelam koin itu sebagai pengamen di air.
Walau bisa mengumpulkan uang jajan sendiri, keselamatan anak-anak itu memang harus diutamakan. Mungkin, aksi para penyelam koin di Danau Toba akan tinggal cerita dan kisah manis para bocah itu di hari tuanya.
Teriakan lempar koin bang, lempar koin kak memang semakin jarang terdengar. Kini, koin-koin yang dilempar dari atas ferry itu pun tenggelam sendiri dalam dingin dan gelap sampai dasar danau.
Penulis  : Abiden Simamora
Editor   : Mahadi Sitanggang