TAPUT – Dikenal dengan nama Batu Manarus Lobu, keindahan air terjun ini membuat terpana siapa saja yang melihatnya. Letaknya yang masih di tengah rimba, membuat keindahan air terjun ini seolah firdaus yang disembunyikan.
Manarus Lobu terletak di Pahae. Objek wisata air terjun ini belum dikenal banyak orang. Bahkan, warga di Kabupaten Tapanuli Utara sendiri belum tentu pernah mendengar atau mengetahui adanya air terjun eksotis, yang tepatnya berada di Desa Hutabarat, Kecamatan Pahae Julu.
Beradventure ke lokasi air terjun ini cukup memacu adrenalin. Waktu tempuh lumayan lama, sekira 1 jam lebih berjalan kaki menyusuri hutan yang ditumbuhi pohon-pohon alam dan semak belukar. Namun, jika memang penikmat wisata petualang, tempat seperti inilah yang selalu diburu.
Air terjun Batu Manarus Lobu sangat jernih. Mengalir langsung dari pegunungan, membuat airnya sangat dingin. Keindahan alami dengan air dinginnya, menghadirkan rasa yang sensasional.
Alur air terjun yang menurun, dengan ketinggian berbeda-beda yang membentuk tangga-tangga air terjun ini, semakin indah karena diapit oleh pepohonan lebat. Tumpahan airnya, membentuk kolam alami yang cantik berwarna hijaun kebiru-biruan.
Sayangnya, karena masih kategori objek wisata alam yang baru, belum ada fasilitas pendukung apapun di sekitar air terjun.
Jadi, bila bro dan sista berencana berpetualang ke sini, disarankan membawa bekal air minum dan makanan sendiri. Hal paling penting, siapkan fisik benar-benar prima. Jangan lupa, jangan kotori hutan itu dengan sampah plastik mu ya.
Menuju tempat ini harus menggunakan kendaraan sendiri. Dari perkampungan terdekat, kendaraan harus dititipkan untuk melanjutkan berjalan kaki selama 1 sampai 2 jam ke dalam hutan.
Menikmati keindahan air terjun Batu Manarus Lobu tidak lengkap jika belum mandi dan berendam di kolam alaminya. Suara kicau burung dan gemuruh air di sana, menjadi harmonisasi suara alam yang menenteramkan hati.
Jadi tunggu apalagi bro dan sista, jelajahi hutan di Pahae di Desa Hutabarat itu, untuk menemukan firdaus tersembunyi di tengah rimba.
Penulis : Eka Hutabarat
Editor : Mahadi Sitanggang