69 Persen Penduduk Sumatera Utara Menempati Rumah Layak Huni

NINNA.ID-Pada tahun 2021, persentase rumah tangga yang menempati rumah layak huni di Sumatera Utara berada di kisaran 69,48 persen. Jika dikelompokkan menurut perkotaan maupun pedesaan, persentase rumah tangga yang menempati rumah layak huni di Sumatera Utara tahun 2021 semakin membaik.

Sekitar 77,78 persen di wilayah perkotaan dan 59,28 di wilayah pedesaan, ungkap Publikasi BPS yang dikutip pada 10 Januari 2023.

Secara umum, kondisi ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan dan pengetahuan masyarakat tentang rumah yang layak untuk dihuni di Sumatera Utara lebih baik dari tingkat nasional.

Mengingat pentingnya perumahan bagi kesejahteraan masyarakat, pemerintah diharapkan untuk terus mengupayakan penyediaan rumah layak huni dengan harga terjangkau untuk seluruh lapisan masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Bahkan pada tahun 2020, bila dilakukan perbandingan pada tingkat provinsi se-Sumatera.

Persentase rumah layak huni di Sumatera Utara termasuk 2 tertinggi seSumatera. Provinsi Sumatera Utara (67,44 persen) hanya kalah dari Provinsi Riau dengan 68,44 persen. Persentase rumah layak huni terendah berada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan persentase sebesar 30,64 persen.

Selain itu, masih terdapat dua provinsi lagi yang masih di bawah 50 persen, yaitu Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Bengkulu.

rumah layak huni
54 Persen Penduduk Indonesia Gunakan Atap Genteng jadi Bahan Utama Rumah (foto: istimewa)

Jenis Atap

Salah satu indikator yang digunakan untuk melihat kualitas tempat tinggal adalah jenis atap yang digunakan. Atap berfungsi melindungi secara langsung penghuni rumah dari cuaca yang tidak diinginkan seperti panas dan hujan.

BERSPONSOR

Jenis atap seng/asbes/beton/ genteng masih menjadi pilihan utama sebagian besar penduduk Indonesia dalam membuat rumah.

Hasil Susenas tahun 2021 menunjukkan bahwa di Sumatera Utara 91,11 persen rumah tangga menggunakan jenis atap seng. Karakteristik hunian penduduk perkotaan yang modern berdampak pada pemilihan bahan atap bangunan yang lebih permanen, seperti seng, asbes, beton, genteng.

Namun, masih terdapat 1,20 persen rumah tangga menggunakan jenis atap yang tergolong tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu atap berupa jerami/ijuk/daundaunan/rumbia/lainnya.

Jenis atap tersebut sebagian besar digunakan di daerah perdesaan yaitu sebesar 2,24 persen, sedangkan di daerah perkotaan yang menggunakan jenis atap ini hanya sebesar 0,50 persen.

- Advertisement -

Persentase rumah tangga yang menggunakan atap berupa jerami/ijuk/daun-daunan/rumbia/lainnya terjadi penurunan dari tahun ke tahun. Begitu juga jika dilihat pada daerah perkotaan dan pedesaan.

Penggunaan jerami/ijuk/daun-daunan/rumbia/lainnya pada tahun 2021 masih di atas sepuluh persen berada di Kepulauan Nias, masing-masing untuk Kabupaten Nias Utara 15,40 persen, Nias Barat 13,47 persen dan Nias Selatan 16,52 persen.

Namun, di beberapa daerah, jerami/ijuk/daun-daunan/rumbia/lainnya sudah tidak digunakan, seperti di Kabupaten Tapanuli Utara, Toba, Simalungun, Karo, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhanbatu Selatan, Kota Pematang Siantar, Tebingtinggi, Medan, dan Padangsidimpuan.

Penggunaan atap dari jerami/ijuk/daundaunan/rumbia/lainnya masih dijumpai pada rumah tangga perdesaan karena selain harganya lebih murah dan jauh lebih tahan lama, atap jerami/ijuk/daun-daunan/rumbia/lainnya diyakini dapat menyerap panas lebih baik sehingga memberi kesejukan penghuninya.

Jenis Dinding
Selain jenis atap yang digunakan, kualitas tempat tinggal juga dipengaruhi oleh penggunaan jenis dinding. Penggunaan dinding dapat dikatakan memenuhi syarat rumah layak huni jika dinding tersebut tidak lembab dan tidak tembus angin.

Jenis dinding yang memenuhi syarat rumah layak huni adalah tembok, plesteran anyaman bambu/kawat, kayu/papan, anyaman, bambu dan batang kayu.

Bahan bangunan utama dinding rumah terluas dalam Susenas 2021 adalah tembok, plesteran anyaman bambu/kawat, kayu/papan, anyaman bambu, batang kayu, bambu dan lainnya.

Penjelasan tentang data jenis dinding disini adalah tembok merupakan penjumlahan tembok dan plesteran anyaman bambu/kawat; kayu merupakan penjumlahan kayu/papan, batang kayu dan anyaman bambu; bambu dan lainnya merupakan penjumlahan bambu dan lainnya.

TERKAIT  E-Materai Mulai Digunakan, Ini Harga dan Cara Belinya

Pada tahun 2021, persentase penggunaan dinding tembok di Sumatera Utara adalah sebesar 69,31 persen, sisanya dinding kayu 30,09 persen, bambu dan lainnya 0,61 persen.

Persentase penggunaan dinding tembok selama periode 2018-2021 seperti tampak pada Tabel 2 di bawah ini, mengalami peningkatan, yaitu dari 64,48 persen pada tahun 2018 menjadi 69,31 persen di tahun 2021, peningkatan terjadi di daerah perkotaan maupun perdesaan.

Penggunaan dinding bambu dan lainnya baik di daerah tempat tinggal perkotaan maupun perdesaan mengalami fluktuasi selama tahun 2018-2021.

Menurut daerah tempat tinggal, persentase rumah tangga dengan dinding rumah bambu dan lainnya di daerah perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan.

Jika dilihat pada tingkat kabupaten/kota, tahun 2021 di Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Humbang Hasundutan, Nias Utara, Nias Barat, dan Kota Sibolga tidak ada rumah tangga yang menggunakan dinding dari bambu dan lainnya.

Sedangkan kabupaten/kota dengan persentase tertinggi rumah tangga yang dinding rumahnya terbuat dari bambu dan lainnya adalah Kabupaten Mandailing Natal (2,41 persen).

Jenis dan Luas Lantai

Jenis lantai menggambarkan kualitas rumah. Jenis lantai merupakan salah satu indikator komposit rumah tidak layak huni. Indikator tersebut adalah lantai tanah dan lainnya.

Pada Susenas, selain lantai tanah, ada juga pertanyaan tentang lantai bukan tanah/lainnya, yang dibedakan menjadi lantai marmer/granit, keramik, parket/vinil/karpet, ubin/tegel/teraso, kayu/papan, semen/bata merah dan bambu.

Lantai bukan tanah dianggap lebih baik dibanding lantai tanah sehingga rumah tangga yang menggunakan lantai tanah dan lainnya dianggap menempati rumah tidak layak huni.

Persentase rumah tangga yang menempati rumah berlantai tanah dan lainnya selama tahun 2017 – 2021 mengalami pergerakan fluktuatif untuk daerah tempat tinggal perkotaan dan penurunan yang cukup signifikan di daerah tempat tinggal pedesaan.

Dari 0,50 persen di tahun 2017 menjadi 0,75 persen di tahun 2021 di daerah perkotaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan, dari 3,36 persen di tahun 2017 menjadi 2,77 persen di tahun 2021.

Selanjutnya bila dilakukan perbandingan pada tingkat kabupaten/kota, persentase diatas 10 persen rumah tangga yang menempati rumah berlantai tanah dan lainnya, dijumpai di Kabupaten Nias Selatan sebesar 11,16 persen. Sedangkan di Kota Tanjung Balai tidak ada rumah tangga yang menggunakan lantai tanah dan lainnya atau nol persen.

Luas lantai rumah tempat tinggal selain digunakan sebagai indikator menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitkan dengan sistem kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal (perumahan).

Luas lantai erat hubungannya dengan tingkat kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk setiap anggota keluarga.

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Pasal 22 Ayat 3 dinyatakan luas lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi.

Jika satu bangunan rumah dengan luas lantai ini dihuni oleh 5 orang, maka luas per kapita yang dianjurkan Undang-Undang ini adalah paling tidak sebesar 7,2 meter persegi.

Berdasarkan Tabel 3, rata-rata luas lantai perkapita di Sumatera Utara tahun 2021 adalah sebesar 23,39 m2 /kapita. Rata-rata luas lantai perkapita di daerah tempat tinggal perkotaan (25,63 m2 /kapita) lebih tinggi dibanding daerah tempat tinggal perdesaan (20,65 m2 /kapita).

Hal ini menandakan bahwa dari sisi perumahan masyarakat di daerah tempat tinggal perkotaan lebih sejahtera dibanding dengan di daerah tempat tinggal perdesaan. Perbandingan antar kabupaten/kota di tahun 2021 menunjukkan Kabupaten Nias merupakan kabupaten dengan rata-rata luas lantai perkapita terendah yaitu 13,96 persen.

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU