RESMIDA PENJUAL SEDDOR

40 Tahun Sajikan Cendol yang Rasanya  Menggandul  di Lidah

BERSPONSOR

HUMBAHAS – Memakai topi Baseball yang bukan seukuran kepalanya, perempuan tua itu terlihat cekatan melayani pembeli yang datang silih berganti. Di Pasar Doloksanggul, perempuan yang sudah tepat dipanggil oppung ini dikenal bernama Resmida Manullang, Oppung penjual “seddor”.

Setiap hari Rabu, Kamis dan Jumat, oppung 13 cucu dari lima orang anak ini dapat dijumpai berdagang seddor  – di tempat lain dikenal dengan cendol  – di Pasar Doloksanggul. Harga seddornya bermasyarakat dengan kenikmatan rasa yang lama menggandul di lidah. Anak milenial bilang, After taste-nya awet.

Selain rasanya yang terjaga sejak tahun 1981, sepertinya, harganya juga sudah lama terjaga sebatas Rp 5000 per gelas.

Disambangi ninnA.id di lapak jualannya, Resmida pun tersenyum, semanis rasa seddornya. Sembari menunggu antrian pesanan, terlihat  oppung ini cekatan sekali dan selalu ingat siapa memesan berapa, padahal terkadang pembelinya begitu ramai, beradu suara sembari menyodorkan lembaran uang ingin dilayani lebih dahulu.

Tidak lama menunggu sembari menikmati seddor, ninnA.id melihat, dagangan oppung Resmida ludes. Kalau diperhatikan, tinggal beberapa tetes seddor saja tersisa di wadah plastik transparan bertutup hijau itu.

BERSPONSOR

Walau sudah habis, bukan berarti oppung Resmida berkemas hendak pulang. Tapi, dengan bersemangat dia mengabarkan ke pelanggan yang masih setia untuk sedikit bersabar, seddor akan dimasak lagi untuk pelanggan.

Seddor panas 2
Oppung Resmida Manullang terlihat masih cekatan melayani pembeli.(Foto:febe)

Dengan cekatan, masih di lokasi lapaknya, dia mempersiapkan bahan-bahan seddor untuk dimasak. Bahannya terdiri dari gula merah, gula putih, santan kelapa dan “gulok-gulok” yang terbuat dari tepung beras, dicampur sedemikian rupa dengan resep rahasianya, membetuk kenyal lentur  seperti agar agar berwarna putih.

TERKAIT  Rupala, Olahan Buah Pala yang Menggoda di Gebyar Wisata Danau Toba

Jika di daerah lain, gulok gulok ini biasanya berwana hijau, yang dikenal dengan nama dawet dan minuman ini umum kita kenal dengan cendol dawet.

Tidak lama, seddor oppung Rasmida sudah matang dan seddor panas siap dihidangkan kembali kepada pembeli. Aromanya memang khas, mungkin faktor memasaknya masih menggunakan arang kayu, seddor oppung ini mengeluarkan aroma khas menggoda selera.

BERSPONSOR

Sejak tahun 1981 atau empat puluh tahun lamanya, Resmida Manullang yang bersuamikan marga Munthe ini menghidupi keluarganya dengan berjualan seddor di hari Rabu, Kamis dan Jumat.  Di luar tiga hari itu, dia bukannya berleha-leha, tapi masih turun ke ladang sebagai petani.

Di saat memasak tadi,  ninnA.id berbincang ringan dengannya. Saat ditanya rahasia resep seddornya hingga diminati banyak orang, dia enggan menjelaskan.

“Rahasia perusahaanlah itu ya Amang”, terangnya sembari tertawa.

Begitulah Rasmida Manullang, di usianya yang sudah 64 tahun ini masih cekatan dan mampu menyajiikan seddor berbahan biasa-biasa saja tapi rasanya luar biasa. Regukan terakhir seddor lenyap melewati tenggorokan. Tapi benar, after taste-nya, masih menggandul di lidah.

- Advertisement -

 

Penulis     : Febe
Editor        : Mahadi Sitanggang

BERSPONSOR

ARTIKEL TERKAIT

TERBARU