NINNA.ID-Sumatera Utara terkenal memiliki hasil pertanian yang melimpah. Provinsi ini juga memiliki banyak komoditas unggulan. 10 komoditas unggulan Sumut antara lain cabai, kubis, tomat, wortel, kentang, petsai atau sawi, bawang merah, tanaman kembang kol, tanaman terung, dan tanaman buncis.
Dikutip dari data Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, per tahun, produksi Cabai di Sumut mencapai 298.759 ton dengan luas panen 23.949 hektar. Itu artinya produktivitas cabai mencapai 12,47 ton/hektar.
Produksi Kubis mencapai 236,611 ton dengan luas panen 8.367 hektar. Itu artinya produktivitas 28,27 ton/hektar.
Produksi Tomat mencapai 183.015 ton dengan luas panen 6.354 hektar. Dengan demikian produktivitas 28,80 ton/hektar.

Produksi Wortel mencapaii 151.970 ton dengan luas panen 6.448 hektar. Dengan demikian disimpulkan produktivitas 23,57 ton/hektar.
Produksi Kentang mencapai 148.872 ton dengan luas panen 7.294 hektar. Itu artinya produktivitas 20,41 ton/hektar.
Produksi Petsai/Sawi mencapai 74.370 ton dengan luas panen 6,433 hektar. Itu artinya produktivitas 11,56 ton/hektar.
Produksi Bawang Merah mencapai 64.835 ton dengan luas panen 4.249 hektar. Dapat disimpulkan produktivitas 15,26 ton/hektar.
Produksi Kembang Kol mencapai 57.340 ton dengan luas panen 3.073 hektar. Artinya produktivitas 18,65 ton/hektar.
Produksi Terung mencapai 57.114 ton dengan luas panen 3.859 hektar. Artinya produktivitas 14,80 ton/hektar.
Produksi Buncis mencapai 46.858 ton dengan luas panen 2.357 hektar. Artinya produktivitas 19,88 ton/hektar.

Pembangunan Hortikultura
BPS Sumut menyebutkan sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki arti dan kedudukan penting dalam perekonomian nasional khususnya bagi Sumatera Utara.
Sektor ini berperan sebagai sumber penghasil bahan makan, sumber bahan baku bagi industri, mata pencaharian sebagian besar penduduk, penghasil devisa negara dari ekspor komoditasnya bahkan berpengaruh besar terhadap stabilitas dan keamanan nasional.

Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian, selain berpotensi ekonomis, juga memiliki manfaat ekologi yaitu membantu melestarikan lingkungan hidup yang berkelanjutan, mengurangi dampak pemanasan global dan pada akhirnya meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Dalam rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2020 – 2024 disebutkan bahwa kebijakan pembangunan hortikultura adalah meningkatkan daya saing hortikultura yang mendorong peningkatan produksi, peningkatan akses pasar dan ekspor didukung oleh budidaya ramah lingkungan berkelanjutan serta mendorong peningkatan nilai tambah produk untuk peningkatan kesejahteraan petani.
Pembangunan hortikultura ditopang oleh petani yang memfungsikan perannya sebagai penyedia produk yang beragam untuk berbagai macam kebutuhan.
Produk yang dihasilkan oleh petani melalui proses berjenjang dan berakhir pada konsumsi masyarakat.
Kebutuhan masyarakat merupakan akselerator bagi petani untuk menghasilkan produk yang diinginkan.
Perkembangan proses produksi hortikultura nasional sedang berjalan ke arah peningkatan daya saing yang lebih baik dan berkelanjutan untuk membentuk keterkaitan (linkage) yang efektif sehingga akan membentuk jejaring yang saling menguatkan antar faktor produksi.
Beberapa permasalahan yang menjadi tantangan dalam pengembangan hortikultura nasional diantaranya adalah produk hortikultura secara umum masih dihasilkan melalui proses-proses konvensional dengan ketergantungan terhadap iklim dan cuaca yang sangat tinggi.
Kondisi ini menjadi salah satu penyebab fluktuasi pasokan dan mutu yang heterogen.
Produk hortikultura Indonesia saat ini umumnya masih memiliki mutu yang beragam dan masih cukup produk yang belum memenuhi standar mutu yang diinginkan pasar yang telah menerapkan standar mutu yang konsisten.
Permasalahan lainnya, dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas hortikultura nasional, adalah masih rendahnya akses terhadap sumber air, sarana dan prasarana, ketersediaan lahan dan teknologi bagi sistem produksi yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Lahan hortikultura umumnya yang tidak memiliki sumber air mandiri dan cukup sepanjang tahun sehingga aktivitas budidaya sangat tergantung terhadap musim.
Ketersediaan sarana dan prasarana saat ini belum mampu menjawab kebutuhan untuk peningkatan daya saing hortikultura.
Petani masih memanfaatkan sarana dan prasarana produksi konvensional yang diwariskan turun temurun dan belum mampu menjawab tuntutan peningkatan produktivitas dan peningkatan daya saing.
Penyediaan benih hortikultura umumnya belum ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Infrastruktur perbenihan belum dapat menunjang tuntutan penyedian benih yang berkualitas, memadai dan berkesinambungan.
Ketersediaan lahan yang terbatas menjadi tantangan yang cukup berat di masa yang akan datang.
Petani hortikultura hanya memiliki rata-rata 0,5 hektar sehingga menyebabkan tingginya biaya produksi yang dikeluarkan petani dan berdampak pada tingginya harga yang dibayarkan konsumen.
Akses mudah terhadap teknologi masih menjadi menjadi tantangan di masa yang akan datang.
Modal yang terbatas, kepemilikan lahan yang sempit serta kapasitas sumber daya petani yang belum siap menjadi beberapa latar belakang yang menjadi penghambat.
Strategi pembangunan hortikultura tahun 2020-2024 diarahkan pada pemantapan stabilisasi pasokan komoditas strategis, peningkatan pasokan komoditas unggulan, pengembangan tanaman obat berdaya saing, penguatan sistem perbenihan berdaya saing, smart and integrated farming, penguatan sistem perlindungan ramah lingkungan dan antisipasi dampak perubahan iklim, penguatan hilirisasi produk, pengembangan kemitraan strategis dan korporasi, pengembangan sistem jaminan mutu, penataan rantai pasok, perluasan akses pasar/market intelligence dan promosi, penguataan sistem data dan teknologi informasi hortikultura, harmonisasi dan sinergi kebijakan.
Subsektor hortikultura berpotensi untuk berkontribusi secara nyata dalam mendukung perekonomian nasional, baik dalam penyediaan produk pangan, kesehatan dan kosmetika, perdagangan, penciptaan produk domestik bruto, maupun penyerapan tenaga kerja.
Pertumbuhan permintaan sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan perekonomian nasional.
Dengan berkembangnya perekonomian dan pengetahuan masyarakat, makin meningkat pula kesadaran akan pentingnya kondisi lingkungan yang indah dan asri, serta adanya paradigma hortikultura dalam bidang kesehatan.
Oleh karena itu, data dan informasi tentang hortikultura penting artinya dalam mendukung perumusan, perencanaan, dan kebijakan, menginformasikan keadaan dan keberhasilan, maupun dalam mengevaluasi kinerja.
Penulis: Damayanti Sinaga
Editor: Damayanti Sinaga